Anak muda Indonesia kian inovatif dan kreatif. Ini terbukti dari masuknya sejumlah kaum milenial Tanah Air dalam daftar 30 Under 30 versi majalah Forbes yang dirilis baru-baru ini.
Dalam daftar itu Forbes mengumumkan nama-nama yang dinilai memiliki jiwa kepemimpinan besar, berbakat, dan pintar memanfaatkan peluang. Selain itu, anak-anak milenial ini juga dinilai memiliki tekad kuat dalam memberikan perubahan terhadap kondisi ekonomi dan sosial di lingkungan sekitar.
Dalam pernyataan resminya, editor Forbes 30 Under 30 Asia Rana Wehbe mengatakan, mereka yang masuk daftar 30 Under 30 tahun ini adalah para entrepreneur yang menggunakan teknologi internetuntuk mengembangkan usahanya.
“Mereka memiliki perangkat/aplikasi untuk memecahkan masalah di industri yang beragam memanfaatkan artificial intelligence, big data hingga blockchain,” ujarnya.
Dia mencontohkan Amanda Cole, pendiri Sayurbox, yang memiliki dedikasi tinggi di dunia pertanian.
“Untuk membantu petani lepas dari tengkulak dan menikmati harga yang adil, dia membuat Sayurbox. Dengan 300 mitra, Sayurbox telah melayani 50.000 pelanggan dan melakukan 1.000 layanan per hari.
Sayurbox telah menerima dana USD2 juta,” katanya.
Amanda masuk dalam jajaran generasi kreatif Asia dalam bidang industri, manufaktur, dan energi. Dia bersanding dengan pendiri Cowarobot dari China, Liu Liyuan dan Liao Wenlong.
Secara umum, laporan 30 Under 30 Asia berisikan daftar anak-anak muda di wilayah Asia yang dianggap sebagai pembawa perubahan. Majalah tersebut membagi daftar dalam 10 kategori yang setiap kategorinya berisi 30 nama.
Dengan demikian total terdapat 300 nama yang masuk dalam daftar itu. Sepuluh kategori itu adalah hiburan dan olahraga, media, kesenian, pemasaran dan periklanan, ritel dan e-commerce , keuangan, teknologi, sosial, industri serta kesehatan.
Mantan engineer Amazon.com Angky William juga masuk daftar Forbes . Pemuda asal Indonesia itu telah mendirikan Stoqo, pasar makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Menurut Forbes , William memiliki minat yang tinggi dalam mengembangkan sistem otomatisasi di dalam rantai pasokan makanan.
“Stoqo berhasil menggalang dana tujuh digit dari Accel Partners, Monk’s Hill Ventures, ZhenFund, Insignia Ventures, dan Alpha JWC Ventures,” ungkap Forbes
Atlet asal Indonesia yang terpilih dalam daftar 30 Under 30 Asia adalah Aries Susanti, pemanjat tebing yang meraih medali emas pada Asian Games 2018.
Forbes menyatakan, Susanti tidak hanya meraih prestasi cemerlang selama Asian Games 2018. Sebelumnya dia juga memperoleh gelar juara dunia di bidang yang sama sebanyak dua kali secara beruntun di IFSC Climbing World Cup 2017 dan 2018 .
Dia merupakan salah satu pemanjat tercepat di dunia. “Indonesia, salah satu entitas ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di kawasan, juga tidak tertinggal jauh dari China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura,” ungkap Forbes .
“Dengan 17 perwakilan pada tahun ini, Indonesia berada di urutan ketujuh sebagai negara dengan perwakilan terbanyak di belakang Australia,” tambahnya.
Forbes menambahkan, daftar 30 Under 30 Asia 2019 ditujukan untuk memberikan pengakuan dan perayaan kepada 300 pengusaha dan pemimpin muda yang berkontribusi serta memberikan pengaruh di seluruh kawasan Asia-Pasifik, dari pendiri teknologi startup hingga ilmuwan, artis, bintang olahraga, dan seterusnya.
Dihubungi terpisah, CEO & Co-Founder Moka Haryanto Tanjo mengatakan, kunci keberhasilan sebagai startup hingga bisa masuk dalam Forbes 30 Under 30 adalah dengan selalu memberikan value terbaik bagi merchant atau pengguna.
Dalam bisnisnya, Moka menyediakan software kasir untuk toko berbasis cloud. “Startup di Indonesia hadir untuk memberikan solusi kepada masyarakat, khususnya dalam pemanfaatan teknologi sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” ujar Haryanto.
Menurutnya, perekonomian nasional akan terbantu dengan pengembangan teknologi informasi. Karena itu kompetisi di antara penyedia produk dan jasa selalu diiringi dengan perkembangan teknologi yang akan memberikan nilai tambah berupa inovasi.
CEO dan Co-founder Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro berpendapat, masuknya Warung Pintar dalam daftar 30 Under 30 versi Forbes merupakan bagian dari perjalanan dan bentuk apresiasi atas kerja keras selama setahun terakhir.
“Fokus kami hanya kerja keras dalam mentransformasi bisnis mikro untuk ekonomi yang lebih baik di masa depan,” ujar Agung. Pihaknya juga melihat kompetisi startup digital saat ini sebagai sesuatu yang positif.
Karena semuanya sama-sama berinovasi untuk menciptakan solusi yang mendorong Indonesia menjadi lebih baik. Menurutnya, kompetisi yang sehat akan semakin menumbuhkan perilaku inovatif.
Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, ramainya startup yang masuk Forbes 30 Under 30 tentu akan menciptakan lapangan kerja, khususnya di sektor produktif pertanian atau perkebunan.
Biasanya sektor ini ditinggalkan pelaku usaha karena rumitnya persoalan dan tantangan di sana. Dia juga berpendapat sebaiknya startup yang diprioritaskan adalah yang berdampak sosial atau tidak hanya yang mencari keuntungan.
Umumnya startup hanya berani bermain di sektor jasa, tapi justru mereka sekarang bisa putus rantai pasokan tengkulak di pertanian dan perkebunan.
Karena itu peran generasi milenial harus terus didorong. Saat ini, kata dia, terdapat 2.000 startup yang terdata pada awal 2019. Menurutnya, akan lebih baik apabila jumlah tersebut diikuti dengan kualitas dan kontribusi positif terhadap perekonomian.
Sementara itu Managing Director Technology Consulting Lead Accenture Leonard Nugroho mengatakan, pada prinsipnya apa yang dilakukan generasi milenial adalah membuat terobosan dan keluar dari pakem business as usual .
Mereka perlu diapresiasi karena berani membuka cara bisnis baru, membuka kesempatan kerja, dan berkolaborasi dengan banyak mitra. Karena tidak mungkin sumber, bahan atau membangun infrastruktur dilakukan sendiri.
China Mendominasi
Dengan jumlah penduduk mencapai 1,3 miliar jiwa, China dan India menjadi negara dengan perwakilan terbanyak. Dalam tiga tahun terakhir, kedua negara mewakilkan 363 pengusaha muda di dalam daftar 30 Under 30 Asia, dengan 120 di antaranya terdapat pada tahun ini.
China mewakilkan 61 anak muda dan India 59. China dan India juga memproduksi perusahaan terbesar yang masih tumbuh pesat sampai sekarang. Megvii, startup AI dan machine learning asal China, saat ini memiliki valuasi USD3,5 miliar.
Adapun Oyo Hotel asal India terus melakukan ekspansi bisnis ke China dan Indonesia serta memiliki valuasi USD5 miliar. Pada tahun ini pengusaha yang meraih prestasi memukau dari China ialah Neo Nie, pendiri Heytea.
Dia mengubah budaya meminum teh di China dan berhasil menyebarluaskan cheese-capped tea . Selain Nie, Liyuan Liu dan Wenlong Liao juga sukses mengembangkan Cowarobot. Mereka menarik investasi hingga USD50 juta.
Negara lain seperti Jepang dan Korea Selatan (Korsel) juga memiliki perwakilan yang cukup banyak. Jepang diwakili 30 anak muda, sedangkan Korsel 28. Kedua negara mendominasi bidang hiburan dan olahraga.
Petenis nomor satu dunia, Naomi Osaka, dan girl band K-pop Black Pink berhasil memuncaki bidang itu. Meski jumlah penduduknya hanya 5,6 juta, Singapura berhasil mewakilkan 23 anak muda. Singapura sangat kuat di bidang keuangan dan venture capital .
Mereka mayoritas sudah mulai mengadopsi teknologi baru blockchain . Salah satunya ialah Yaoqi Jia, pendiri Zilliqa yang mewadahi 2.400 transaksi dalam hitungan detik. “Transaksi itu 200 kali lebih tinggi daripada Ethereum dan Bitcoin.
Valuasi token Zilliqa mencapai USD100 juta. Perusahaan itu diakui Google dan Apple. Jia juga meraih Best Paper Award di W2SP dan ICECCS,” ungkap Forbes. Negara baru yang masuk dalam daftar ialah Mongolia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Laos.
No comments: